JOEHOOGI.COM - Dari tahun 1975-2013 ternyata hanya satu dari empat puluh tujuh album kaset Iwan Fals yang belum pernah beredar ke pasaran publik dan hanya diprioritaskan secara terbatas untuk kalangan sendiri yaitu ada dua kaset album lawas Iwan Fals yang diproduksi oleh PT. Radio Ganesha ITB Bandung pada tahun 1975.
Sampai sekarang menurut versi khalayak ramai, album kaset perdana Iwan Fals tiada lain adalah album Sarjana Muda yang diproduksi oleh Musica Studio pada tahun 1981. Kondisi ini dapat dimaklumi mengingat kedua album lawas Iwan Fals yang diproduksi oleh PT. Radio Ganesha ITB Bandung hanya diedarkan secara terbatas untuk kalangan antar mahasiswa ITB sendiri, sehingga resikonya banyak khayalak ramai di luar ITB yang tidak banyak tahu jejak keberadaan dari album kaset ini.
Jika kita perhatikan kedua album kaset lawas Iwan Fals yang diproduksi oleh PT. Radio Ganesha ITB Bandung, maka spontan yang terlintas dipikiran kita betapa penggarapan album kaset ini dirilis dengan penuh kesederhanaan, hanya melalui proses perekaman biasa.
Tidak ada alat musik lain kecuali gitar kayu akustik dan harmonika. Memang maksud dari peredaran album kaset ini sama sekali tidak mengandalkan tekhnik aransemen musik, melainkan yang menjadi prioritas tujuan perekaman tiada lain penyampaian dari pesan-pesan yang tersirat melalui lirik-lirik lagunya yang sarat dengan kritik sosialnya.
Tidak ada alat musik lain kecuali gitar kayu akustik dan harmonika. Memang maksud dari peredaran album kaset ini sama sekali tidak mengandalkan tekhnik aransemen musik, melainkan yang menjadi prioritas tujuan perekaman tiada lain penyampaian dari pesan-pesan yang tersirat melalui lirik-lirik lagunya yang sarat dengan kritik sosialnya.
Boleh jadi jika kita mendengarkan semua lagu pada kedua album lawas produksi PT Radio Ganesha ITB Bandung ini dengan konteks seolah-olah kita hidup pada zaman Orde Baru yang serba otoriter dan anti demokrasi, maka pada saat memutar kasetnya kita mungkin berpikir beberapa kali untuk menaikkan potensio volume suara lagu yang dihasilkan oleh tape recorder kita sebab siapa tahu setelah kita sedang asyik-asyiknya memutar lagu-lagunya mendadak rumah kita didatangi oleh ketua RT dengan didampingi Babinsa untuk mengintrograsi kita.
Dari dua album lawas produksi PT Radio Ganesha ITB Bandung ini jika kita amati ternyata berisi judul lagu yang sama hanya letak posisi judul lagunya yang dirubah.
Ada 15 judul lagu pada cover album warna kuning Flash Back Album Amburadul, sedangkan pada cover album warna biru Rekaman Di Radio EH 8 ITB Bandung ada 16 judul lagu dengan tambahan judul lagu Koran.
Dari semua judul lagu yang ada di kedua album kaset ini, hanya ada 7 judul lagu yang tidak asing di telinga kita. Maklum dari 16 judul lagu tersebut hanya 7 judul lagu yang kemudian dirilis ulang kembali oleh perusahaan studio rekaman komersial untuk diedarkan menjadi konsumsi publik, antara lain: Tiga Bulan, Imitasi, Joni Kesiangan, Pemborong Jalan, Kisah Sepeda Motorku, Mak dan Perjalanan.
Sedangkan 9 judul lagu lainnya sampai sekarang belum ada perusahaan studio rekaman komersial yang mau merilisnya kembali, antara lain Anak Cendana, Kisah Sapi Malam, Koran, Medley: Blowin'In The Wind-Tokecang, Mince Makelar, Perawan, Semar Mendem, Demokrasi Nasi dan Siti Sang Bidadari.
Sedangkan 9 judul lagu lainnya sampai sekarang belum ada perusahaan studio rekaman komersial yang mau merilisnya kembali, antara lain Anak Cendana, Kisah Sapi Malam, Koran, Medley: Blowin'In The Wind-Tokecang, Mince Makelar, Perawan, Semar Mendem, Demokrasi Nasi dan Siti Sang Bidadari.
Tidak jelas apa yang menjadi alasan dari perusahaan studio rekaman komersial untuk tidak merilis ulang kembali sembilan judul lagu tersebut di atas. Mengapa yang menjadi pilihan untuk dirilis ulang kembali hanya tujuh judul lagu tersebut di atas?
Kalau tempo dulu alasannya disebabkan oleh faktor keamanan ketika Negara masih di bawah rezim Orde Baru yang serba otoriter dan anti demokrasi mungkin dapat kita pahami. Tapi sejak pasca 1998 di mana sistem Negara yang otoriter dan anti demokrasi sudah beralih ke sistem Negara yang demokratis, kenyataannya sembilan judul lagu tersebut belum juga dirilis ulang kembali.
Kalau tempo dulu alasannya disebabkan oleh faktor keamanan ketika Negara masih di bawah rezim Orde Baru yang serba otoriter dan anti demokrasi mungkin dapat kita pahami. Tapi sejak pasca 1998 di mana sistem Negara yang otoriter dan anti demokrasi sudah beralih ke sistem Negara yang demokratis, kenyataannya sembilan judul lagu tersebut belum juga dirilis ulang kembali.