JOEHOOGI.COM - Awal abad ke-20, Indonesia di bawah kekuasaan Hindia Belanda saat itu telah lahir kelas proletar yang terdiri dari buruh kereta api, pegawai kantor pegadaian, buruh perkebunan, buruh pabrik gula dan sebagainya.
Mereka yang masuk dalam kelas proletar ini justru mendirikan serikat-serikat buruh untuk melindungi kaum buruh dari penindasan Kapitalisme Hindia Belanda sendiri.
Sekali lagi sejarah terlanjur mencatat betapa tokoh yang pertama kali berada di pihak kelas proletar buruh dan yang sekaligus memandu kaum buruh agar membentuk serikat buruh sebagai perisai perlawanan terhadap kapitalisme Hindia Belanda adalah Semaoen.
Meski sejarah mencatat sosok kepahlawanan Semaoen sebagai pejuang kemerdekaan pada masa pergerakan nasional, tapi ketika pada masa pasca 1965 ketika era peralihan dari Sukarno ke Orde Baru, sosok kepahlawanan Semaoen yang merupakan salah satu murid Haji Omar Said Tjokroaminoto selama 32 tahun sengaja dilenyapkan dari perpustakaan buku-buku sejarah di sekolah.
Untuk memandu kaum buruh agar dapat terbebas dari penindasan sistem kpitalisme Hindia Belanda, Semaoen menuntunnya secara detail dalam sebuah buku yang diberi judul Penuntun Kaum Buruh. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1920.
Tapi sejak tragedi 1965, Penuntun Kaum Buruh telah dilarang dan dilenyapkan dari khazanah buku sejarah Indonesia. Seiring dengan perkembangan waktu pada pasca Reformasi Mei 1998, buku Penuntun Kaum Buruh diterbitkan kembali oleh penerbit Jendela (2000).