JOEHOOGI.COM - Ketika seorang cendekia dari ilmu sosial mengungkapkan suatu peristiwa sejarah maka pengungkapannya akan berbeda dengan apa yang dilakukan oleh seorang seniman komikus. Seorang cendekia dari ilmu sosial ketika mengungkapkan suatu peristiwa sejarah maka ekspresi tangannya hanya digunakan untuk menulis.
Berbeda dengan seorang seniman komikus ketika mengungkapkan suatu peristiwa sejarah maka ekspresi tangannya digunakan untuk menggambar atau melukis. Itulah yang dilakukan oleh sang seniman komikus Indonesia, Yayak Yatmaka ketika dia harus menggoreskan tintanya untuk menggambarkan peristiwa sejarah menguak tragedi pasca 1965.
Bambang Adyatmaka yang akrab dipanggil Yayak Yatmaka alias Yayak Kencrit alias Yayak Iskra adalah pria kelahiran 1956 di Yogyakarta, alumni Fakultas Senirupa dan Disain Institut Tekhnologi Bandung. Semasa mahasiswa dia turut terlibat sebagai aktivis mahasiswa 1978.
Prof.Dr. Ben Anderson menyebut lukisan karya Yayak Yatmaka yang penuh dengan nuansa perlawanannya adalah sebagai kartunis penerus Sibarani, seorang kartunis yang terkemuka pada dekade 1960-an.
Yayak Yatmaka sekarang tinggal di sebuah desa Sayegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Yayak mendirikan padepokan Ning Neng Nong yang sekaligus dijadikan sanggar lukisnya. Nama Ning Neng Nong diambil dari ajaran Ki hajar Dewantara. Ning artinya keweningan, Nong artinya kemenangan, dan Nang artinya kewenangan. Jadi Ning Neng Nong artinya setelah kita wening, kita akan mendapat kemenangan, dengan kemenangan kita mempunyai kewenangan.