JOEHOOGI.COM - Tulisan berjudul Ahok dan Euforia Turunan Singkek yang ditulis oleh Go Teng Sin dan dimuat di Kompasiana yang kemudian tulisan Go Teng Sin tersebut dishared oleh Ratna Sarumpaet ke akun Facebook -nya, telah saya baca. Alhasil setelah saya membaca tulisan tersebut, saya tidak dapat menemukan pesan korelasinya dengan sosok seorang anak bangsa bernama Ahok alias Basuki Tjahaya Purnama.
Bagi saya sesuai prinsip universal, etnik Tionghoa atau bukan etnik Tionghoa hanya dapat dinilai dari sisi perbuatan an sich -nya, bukan dari sisi primordial dan sektariannya. Mau etnik Tionghoa, Jawa, Sunda, Papua, Dayak, Bugis, Batak, Minang dan seterusnya adalah sisi-sisi primordial dan sektarian sebab mereka tidak pernah tahu mengapa mereka lahir sebagai etnis A,B,C dan seterusnya.
Bagi saya sesuai prinsip universal, ada sosok etnik Tionghoa yang memiliki track records baik, misalnya seperti Yap Thiam Hien dan Soe Hok Gie. Sebaliknya ada sosok etnik Tionghoa yang memiliki track records buruk, misalnya seperti Liem Soe Liong alias Sudono Salim dan Tan Tjoe Hong alias Eddy Tansil. Konklusinya, track record baik dan buruk pada manusia ditentukan sisi perbuatannya, bukan dari sisi primordial dan sektariannya.
Dengan demikian tulisan berjudul Ahok dan Euforia Turunan Singkek yang kemudian Ratna Sarumpaet shared ke akun Facebook -nya, menurut saya sangat-sangat tidak ada keterkaitan dengan sosok seorang anak bangsa bernama Ahok kecuali tulisan tersebut sengaja dibelokkan ke ranah pemikiran rasis stereotip anti multikultural.
Apakah Go Teng Sin dan Ratna Sarumpaet pernah belajar Sejarah penyebaran agama Islam ke pulau Jawa pada sekitar tahun 1474? Menurut sepengetahuan Go Teng Sin dan Ratna Sarumpaet, etnik apakah yang disandang oleh para Sunan yang terdiri dari Sembilan Wali atau Wali Songo yang telah menyebarkan agama Islam ke pulau Jawa?
Inilah nama-nama asli Delapan Wali dari Sembilan Wali yang saya kutip dari bukunya Prof. Slamet Muljana yang terbit pada tahun 1968 berjudul Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, antara lain: Gan Si Chang alias Sunan Kalijaga, Tu An Po alias Sunan Gunung Jati, Bong Swie Ho alias Sunan Ampel, Bong Tak An alias Sunan Bonang, Tan Eng Hwat alias Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim, Ca Tek Su alias Sunan Kudus, Bong Tak Kheng alias Sunan Drajat dan Sunan Giri yang merupakan cucu dari Bong Swie Ho alias Sunan Ampel.
Masih banyak kutemukan dari kalangan anak bangsa etnik Tionghoa di Indonesia yang turut terlibat dalam kancah kemerdekaan Indonesia, misalnya seperti Liem Koen Hian, Tan Eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw dan Yap Tjwan Bing yang terlibat sebagai anggota BPUPKI dan turut merumuskan UUD 1945. Bahkan sejarah kemerdekaan Indonesia mencatat betapa Koran Sin Po yang pertamakali mempublikasikan teks lagu Indonesia Raya karya komponis non muslim Wage Rudolf Supratman.
Konklusinya, saya tidak akan pernah tahu mengapa saya dilahirkan sebagai anak bangsa Indonesia berperanakan etnik Tionghoa, sedemikian juga Ratna Sarumpaet tidak pernah akan tahu pula mengapa dilahirkan sebagai anak bangsa Indonesia berperanakan etnik Batak.
Saran saya kepada Ratna Sarumpaet, jika ingin membenci sosok seorang manusia maka bencilah dari sisi perbuatannya sebagai manusia, bukan mengkaitkan ke sisi primordial dan sektariannya seperti apa warna kulitnya, sukunya, agamanya, ideologinya dan seterusnya.
Ketika saya tidak suka kepada Ratna Sarumpaet, maka saya cukup menilai kepada perbuatan Ratna Sarumpaet tanpa harus membawa-bawa primordial Ratna Sarumpaet sebagai etnik Batak, sebab masih banyak etnik Batak yang baik seperti Mochtar Lubis, Todung Mulya Lubis dan sebagainya.
Ketika saya tidak suka kepada Dhani Ahmad Prasetyo alias Ahmad Dhani, maka saya cukup menilai kepada perbuatan an-sich Ahmad Dhani tanpa harus membawa-bawa primordial Ahmad Dhani sebagai etnik Jawa, sebab masih banyak etnik Jawa yang baik seperti Bimo Setiawan alias Bimbim Slank, Virgiawan Listianto alias Iwan Fals dan sebagainya.
Apakah Ratna Sarumpaet pernah melihat keindahan alam bernama Pelangi? Betapa sungguh indahnya pelangi yang memancarkan warna-warninya. Lantas apa kaitannya antara Pelangi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia? Sebagaimana kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki banyak corak warna multikultural seperti Pelangi. Tapi pernahkah Ratna Sarumpaet membayangkan jika pelangi terpisah dari warna-warninya?