JOEHOOGI.COM - Kadang aku tidak dapat memahami apa maksud tersembunyi pada kata kecebong yang akhir-akhir lagi ngetrend. Aku mencoba untuk bertanya tapi jawabnya tetap sama yaitu salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT sebelum menjadi seekor katak. Lantas mengapa kecebong harus dinistakan? Adakah yang salah pada ciptaan Allah SWT ini sehingga para ulama punturut menista-nistanya?
Mengapa antar anak bangsa saling memaki-maki menyebut mereka yang bukan Jokowiophobia dengan kecebong? Apakah kecebong termasuk binatang paling ngeyel di antara binatang yang lain? Kubuka buku ensiklopedia ternyata tiada jawaban relevansinya yang disebut kecebong sebagai makhluk ngeyel.
Mengapa makhluk ciptaan Allah SWT selalu dibawa-bawa dalam setiap caci dan maki? Kutil babilah, anjinglah, monyetlah, kampretlah, badaklah, kerbaulah dan kini kecebong. Apa yang salah dan dosa pada nama-nama makhluk hidup made in Allah Subhanahu Wa Ta'ala ini, sehingga mereka harus dilibatkan dalam setiap urusan konflik gawean antar manusia?
Aku harus terpaksa mengalah untuk dapat memahami yang tidak dapat kupahami jika kecebong itu ternyata sebagai stigmatisasi yang disematkan kepada siapa saja yang mendukung kebijakan Jokowi bernama Kaesang Pangarep mengenakan topi bertulisan Kolektor Kecebong. Apa lagi hobi Jokowi di rumah suka pelihara kodok di kolam.
Siapa yang pantas disebut sebagai kecebong? Sebab realitasnya sebagai Warga Negara Indonesia adalah warga negara kecebong sebab Jokowi yang kecebong itu adalah Presiden Indonesia. Jika arti kecebong dimaksud sebagai pendukung atau simpatisan Jokowi, maka apakah aku pantas disebut kecebong?
Padahal kenyataannya sampai kini aku tidak pernah mengenal langsung sang figure Presiden Indonesia bernama Jokowi. Boro-boro berjabat tangan, melihat secara langsung pun belum pernah aku mengalaminya kecuali menatap gambarnya yang terpampang di media elektronik dan media di dalam frame meja kerja kantor kelurahan dan kecamatan.
Mengapa Jokowi yang terpilih secara konstitusi demokrasi berdasarkan rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan hasil kerja sistem quick count harus dikecebongkan?
Konon lebih super tragisnya lagi segala cara upaya dihalalkan demi target ambisi 2019 dari shared hoax news, hate speech sampai bullying zonder data asal njeplak sebutan makian kecebong justru disematkan kepada para anak bangsa sendiri yang menaruh kepedulian ukhuwah kebangsaan multikultural Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semoga ketidakpahamanku ini Negara tetap dapat memahami betapa banyak udang bersandikan Asal Bukan Kecebong berkonspirasi dibalik Agama melempar domba-domba untuk saling diperadukan sementara tangan bersembunyi mencari-cari kambing hitam. Segala kebijakan dipersoalkan dan kalau perlu dimasak-masak menjadi issue baru. Pokoknya tidak asyik kalau tidak konflik beradu saling menebar kebencian sesama anak bangsa sendiri. Wallahu A'lam Bishawab.