JOEHOOGI.COM - Kadang saya menjadi tertawa terpingkal-pingkal sendiri sembari tangan kanan menahan perut yang terkocak-kocak dan tangan kiri sambil menepuk-nepuk jidat sendiri perihal apa yang salah pada karikatur di cover majalah Tempo sehingga harus mengalami intimidasi dan persekusi oleh FPI?
Kalau keberatan terhadap substansial yang tersirat dalam karikatur maka menurut saya hanya ada lima opsi yang dapat dijadikan solusi dalam setiap perkara yang menyangkut sindiran yang substansial tersirat dalam media karikatur.
Opsi pertama, rawatlah polemik tanpa harus diselesaikan lewat intimidasi dan persekusi. Bikinlah karikatur sebagai tandingan atau balasan sebab yang namanya kebebasan ekspresi antithesanya harus dibalas dengan kebebasan ekspresi pula agar dinamika kebebasan ekspresi pers tetap terjaga independensinya.
Opsi kedua, yang namanya pers di Negara yang sistemnya berazaskan Demokrasi dijamin hak kebebasannya. Jika ada warga negara yang keberatan terhadap substansial yang tersirat dalam karikatur maka lawanlah melalui kolom hak jawab yang sudah disediakan oleh Redaksi Pers.
Opsi ketiga, stop intimidasi dan persekusi kepada kebebasan pers. Sampaikan perlawanan melalui mekanisme hukum dengan cara melaporkan media karikatur tersebut kepada Dewan Pers. Budayakan perdebatan yang sehat tanpa merimbakan hukum menurut selera sendiri-sendiri.
Opsi keempat, jika mau menjadi public figure seperti HRS maka bersiaplah untuk dibidik pers sebagai kausalitas dari konsekuensi logisnya. Jika tidak menghendaki public figure dikarikaturisasikan oleh pers maka segera tanggalkan public figure dan bertobatlah untuk tidak lagi menjadi public figure.
Opsi kelima, namanya manusia yang bijak dan menjadi tauladan harus bisa berbesar hati dan bersedia melakukan refleksi dan intropeksi. Terimalah sindiran yang ada pada karikatur sebagai kritik masukan, apalagi substansial yang tersirat dalam karikatur tersebut tidak ada penyebutan nama dan tidak ada visualisasi wajah tertentu.