JOEHOOGI.COM - Konon methode pengumpulan data melalui jajak pendapat atau polling sebelum sarana internet mewabah seperti sekarang hanya bisa dilakukan dengan cara berinteraksi secara langsung face to face kepada para responden yang menjadi sampelnya.
Sejak information technology menjadi konsumsi publik sehari-hari, maka methode pengumpulan data polling pun turut mengikuti perubahan. Para penyelenggara polling ketika berinteraksi kepada para responden yang menjadi sampelnya hanya cukup melalui email, account social media dan internet protocool address (IP).
Sejak revolusi internet technology mengubah tatanan hidup masyarakat dunia tidak terkecuali masyarakat Indonesia, betapa untuk menentukan akurasi dari identitas seseorang tidak lagi dibutuhkan secara physical, melainkan kehadirannya cukup dikonversikan ke dalam systemic program computer melalui internet network, maka akurasi dari identitas seseorang boleh disamakan dengan yang physical.
Kalau penyelengara polling memang murni tidak ada aksi tipu-tipu dalam mengolah data informasi para responden yang didapatkan dari web accounts, maka akurasi polling boleh dibilang sama dengan methode physical yang mengandalkan interaksi face to face.
Bagaimana kalau yang terjadi justru sebaliknya? Penyelenggara polling melakukan tindakan curang dengan membuat web account sebanyak-banyaknya yang dikendalikan secara systemic melalui software robot (WebBot).
Dalam kondisi yang normal, web account murni milik dari seorang user natural, bukan user yang dikendalikan melalui WebBot. Jika ditelusuri kepemilikan accountnya memang ada kepemilikannya. Tapi dalam kondisi abnormal, web account bisa saja dikendalikan oleh WebBot yang seolah-olah ada user natural -nya dengan tujuan agar hasil polling -nya yang didapatkan melalui kecurangan WebBot telah dipercayai sebagai hasil akurasi poling yang murni.
Jika hasil polling curang yang didapatkan dari hasil kepiawaian WebBot yang telah dimainkan itu kemudian dikonsumsikan untuk publik, sehingga publik mempercayai proses hasil polling tersebut betul-betul murni, maka di sinilah yang menjadi kendalanya karena penyelenggara polling telah membangun data informasi yang sesat kepada masyarakat.
Bahayanya lagi jika hasil polling itu menyangkut jajak pendapat dari suara para warga net terhadap dua kubu pasangan Capres dan Cawapres dalam Pilpres 2019. Tentunya sangat-sangat rentan kecurangan jika hasil polling yang terkait dengan Pemilihan Umum (Pemilu) ini diadakan tanpa adanya kontrol hukum yang turut membidik proses laju hasil akurasinya.
Bayangkan ada seseorang yang menjadi user natural memiliki ratusan ribu account Twitter dan Facebook. Tentunya tidak mungkin seseorang memiliki ratusan ribu accounts sosmed tanpa bantuan WebBot untuk membangun dan sekaligus mengendalikannya.
Ratusan ribu accounts sosmed inilah yang nantinya dibidik untuk membangun suara hasil polling. Lantas bagaimana untuk mengetahui kalau hasil polling itu dikendalikan oleh WebBot?
Karakteristik proses laju dari hasil polling yang dibangun tanpa WebBot memiliki ritme waktu kenaikan secara teratur alon-alon asal kelakon dari awal polling itu dimulai hingga sampai pada target finish. Bahkan jika diamati proses lajunya grafik polling seolah-olah seperti dalam kondisi yang statis. Kalau saya analogikan seperti berputarnya rotasi Bumi mengikuti matahari.
Ketika saya mengamati laju grafik online polls: Siapa Calon Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2019-2024 yang diselenggarakan oleh pilihpresiden.com dengan sasaran sampel respondennya adalah para IP milik para netizen, maka memiliki potensi adanya penggelembungan yang tidak wajar terhadap salah satu calon pasangan Presiden dan Wakil Presiden tertentu.
Apa yang menjadi dasar saya kalau telah terjadi manipulate online poll pilihpresiden.com? Jika proses lajunya grafik polling acap menunjukkan kenaikan drastis yang tidak wajar tanpa keluangan waktu atau di luar logika systemic users natural, maka inilah yang menjadi karakteristik hasil polling yang memakai pengendalian WebBot.
Kebiasaan saya sebagai active netter tidak pernah tidur malam. Bahkan sampai subuh sampai matahari terbit pun masih melek. Kebiasaan inilah yang saya jadikan handalan untuk mengamati kejujuran dari online poll pilihpresiden.com .
Dalam pengamatan itu, saya telah melakukan penangkapan basah dalam rentan waktu hanya satu jam dari salah satu calon pasangan Presiden dan Wakil Presiden tertentu yang mengalami kenaikan suara mencapai 2000 votes.
Bayangkan ketika saatnya orang terlelap tidur di malam hari masih ada users natural memberikan vote -nya hingga mencapai 2000 votes dalam rentan waktu bersamaan. Kenaikan grafik yang signifikan dalam rentan waktu satu jam bisa mencapai ribuan votes bukan merupakan karakteristik dari online poll yang mengandalkan votes users natural, kecuali jika mengandalkan pengendalian WebBot.
Bayangkan ketika saatnya orang terlelap tidur di malam hari masih ada users natural memberikan vote -nya hingga mencapai 2000 votes dalam rentan waktu bersamaan. Kenaikan grafik yang signifikan dalam rentan waktu satu jam bisa mencapai ribuan votes bukan merupakan karakteristik dari online poll yang mengandalkan votes users natural, kecuali jika mengandalkan pengendalian WebBot.