JOEHOOGI.COM - Ketika saya mendengar Persatuan Bulutangkis (PB) Djarum membatalkan audisi mencari bakat olahraga bulutangkis kepada para anak bangsa sendiri akibat dari imbas keputusan keblinger dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menganggap PB Djarum sebagai sponsor penyelenggara audisi telah melakukan eksploitasi terselubung terhadap anak-anak, maka saya menjadi bertanya apa yang menjadi alasan krusial KPAI memberikan statement putusan kepada PB Djarum?
Sejak berdirinya PB Djarum pada tahun 1974 belum pernah turut mengembangkan bakat kepada para anak bangsa sendiri agar gemar merokok, kecuali hanya mengembangkan bakat olahraga bulutangkis.
Jika alasan stigma nama Djarum sebagai nama merk industri rokok yang dijadikan refrensi KPAI menjatuhkan putusan kepada PB Djarum, maka saya menjadi teringat pada pesan dari William Shakespeare:What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.
Mengikuti alur logika keblinger dari KPAI perihal nama Djarum yang dianggap sebagai persoalan, maka sama saja KPAI menolak pemberian sedekah kepada anak-anak miskin terlantar jika latar belakang yang memberikan sedekah tidak sepaham dengan paham KPAI.
Dengan kata lain makna dari logika keblinger KPAI ini tiada lain jangan melihat apa yang menjadi maksud baik dari pemberi sedekah kepada anak-anak miskin terlantar tapi lihatlah siapakah yang memberikan sedekah kepada anak-anak miskin terlantar? Apakah sudah sepaham dengan latar belakang KPAI?
Betapa PB Djarum selama lahirnya hingga sekarang sungguh-sungguh teramat sangat-sangat berjasa kepada Bangsa dan Negara Indonesia tapi jasa-jasanya telah ditampikkan begitu saja akibat cara pandang keblinger dari para petinggi KPAI ini.
Betapa PB Djarum selama lahirnya hingga sekarang sungguh-sungguh teramat sangat-sangat berjasa kepada Bangsa dan Negara Indonesia tapi jasa-jasanya telah ditampikkan begitu saja akibat cara pandang keblinger dari para petinggi KPAI ini.
Tidak hanya sebagai sponsor tunggal nama Djarum membesarkan para anak bangsa sendiri agar turut bersaing merebutkan piala kejuaraan bulutangkis di dalam negeri dan dunia, tetapi lebih dari itu nama Djarum telah memberikan sumbangan terbesarnya menyerap ribuan tenaga kerja dari anak-anak bangsa sendiri dan membayar pajak terbesar kepada Negara.
Tanpa PB Djarum tidak akan lahir para legendaris pemain bulutangkis dunia dari para anak bangsa sendiri seperti Liem Swie King, Haryanto Arbi, Alan Budikusuma dan lain sebagainya atas nama Negara Indonesia yang telah membawa pulang piala kejuaraan bulutangkis dunia seperti Thomas Cup, Uber Cup, All England Cup dan Olimpiade Cup.
Tanpa PB Djarum tidak akan lahir para legendaris pemain bulutangkis dunia dari para anak bangsa sendiri seperti Liem Swie King, Haryanto Arbi, Alan Budikusuma dan lain sebagainya atas nama Negara Indonesia yang telah membawa pulang piala kejuaraan bulutangkis dunia seperti Thomas Cup, Uber Cup, All England Cup dan Olimpiade Cup.
Apalah artinya perjuangan besar dari PB Djarum ini kalau realitasnya justru sekarang telah diputar balikkan atau dinilai lain oleh KPAI yang menganggap Djarum sebagai bahaya laten merokok telah mengeksploitasi secara terselubung para anak bangsa sendiri. Padahal selama 45 tahun PB Djarum berkiprah dalam audisi pengembangan bakat olahraga bulutangkis, ternyata selama 45 tahun tidak ada anak-anak yang dieksploitasi atau berkiprah dalam bakat merokok.
Lagi-lagi daun tembakau ciptaan Allah SWT yang selalu dikambinghitamkan dalam setiap kesehatan manusia mulai terancam sejak brand dagang farmasi dilibatkan dalam memonopoli ukuran kualitas kesehatan manusia.
Lagi-lagi daun tembakau ciptaan Allah SWT yang selalu dikambinghitamkan dalam setiap kesehatan manusia mulai terancam sejak brand dagang farmasi dilibatkan dalam memonopoli ukuran kualitas kesehatan manusia.
Padahal kehidupan budi daya daun tembakau sebagai rokok sudah terjadi ratusan tahun yang lalu yang banyak melibatkan para tokoh besar kelas dunia yang bergelar sebagai filsuf, negarawan, agamawan, budayawan dan ilmuwan yang serta-merta turut menikmati sajian dari nikmatnya daun tembakau sebagai rokok.
Kalau kemudian brand dagang farmasi menilai bahwa perilaku rokok yang terbuat dari bahan daun tembakau mendapat stigma sebagai perilaku yang jahat maka betapa jahatnya para filsuf, negarawan, agamawan, budayawan dan ilmuwan kelas dunia yang ternyata dalam kehidupan mereka tidak terlepas dari perilaku kehidupan merokok.
Betapa saya tidak habis pikir, brand dagang rokok, sebut saja Djarum, yang dianggap sebagai penyumbang terbesar bahaya laten rokok, tetapi dalam realitasnya justru memiliki kepedulian yang besar membawa nama harum Bangsa dan Negara Indonesia terhadap piala kejuaraan olahraga bulutangkis. Sementara brand dagang farmasi yang selalu berkoar-koar di garda depan tentang bahaya laten rokok justru tidak pernah memberikan kepedulian apa-apa di dunia olahraga.
Saya sudah membedah panjang lebar tulisan saya dalam dua serial melalui blog saya perihal pembohongan publik yang selalu dikampanyekan oleh para aktivis penyambung lidah industri farmasi di seputar pengkambinghitaman rokok. Saya serahkan publik yang menilainya secara netral perihal kedua tulisan saya.
Dalam kajian tulisan saya bukan untuk membela perilaku merokok. Saya hanya mengajak agar kita konsisten bertindak netral adil proporsional dalam menilai kajian diskursus di seputar daun tembakau ciptaan Allah SWT ini yang notabene sudah berabad-abad telah dikonsumsi oleh manusia di berbagai belahan dunia tanpa terkecuali dengan latar belakang kasta, suku, agama, warna kulit dan antar golongan yang berbeda-beda.
Bahkan lahirnya para tokoh besar dan ternama dari mulai para filsuf, negarawan, intelektual, ilmuwan, agamawan atau rohaniwan termasuk ulama dalam kehidupannya dari masa kanak-kanak sampai dewasanya pernah mengkonsumi daun tembakau sebagai bahan dasar rokok.
Betapa saya tidak habis pikir, brand dagang rokok, sebut saja Djarum, yang dianggap sebagai penyumbang terbesar bahaya laten rokok, tetapi dalam realitasnya justru memiliki kepedulian yang besar membawa nama harum Bangsa dan Negara Indonesia terhadap piala kejuaraan olahraga bulutangkis. Sementara brand dagang farmasi yang selalu berkoar-koar di garda depan tentang bahaya laten rokok justru tidak pernah memberikan kepedulian apa-apa di dunia olahraga.
Saya sudah membedah panjang lebar tulisan saya dalam dua serial melalui blog saya perihal pembohongan publik yang selalu dikampanyekan oleh para aktivis penyambung lidah industri farmasi di seputar pengkambinghitaman rokok. Saya serahkan publik yang menilainya secara netral perihal kedua tulisan saya.
Dalam kajian tulisan saya bukan untuk membela perilaku merokok. Saya hanya mengajak agar kita konsisten bertindak netral adil proporsional dalam menilai kajian diskursus di seputar daun tembakau ciptaan Allah SWT ini yang notabene sudah berabad-abad telah dikonsumsi oleh manusia di berbagai belahan dunia tanpa terkecuali dengan latar belakang kasta, suku, agama, warna kulit dan antar golongan yang berbeda-beda.
Bahkan lahirnya para tokoh besar dan ternama dari mulai para filsuf, negarawan, intelektual, ilmuwan, agamawan atau rohaniwan termasuk ulama dalam kehidupannya dari masa kanak-kanak sampai dewasanya pernah mengkonsumi daun tembakau sebagai bahan dasar rokok.
Lantas mengapa bahaya laten rokok baru dikampanyekan sekarang? Mengapa tidak dibarengi juga dengan bahaya laten handphone yang racun radiasinya juga tidak kalah dasyat dengan racun nikotin? Sesaknya polusi asap bermotor yang mengandung zat karsinogenik juga menjadi penyebab infeksi saluran pernafasan akut hingga kanker paru-paru, mengapa tidak disertakan dalam kampanye bahaya laten kendaraan bermotor?
KPAI sepantasnya tidak perlu turut mengurusi bidang persoalan yang bukan menjadi bahasan dan kajian utamanya. Biarlah Departemen Kesehatan yang berkompeten mengurusi bidang persoalan yang menyangkut kesehatan manusia termasuk anak-anak.
KPAI sepantasnya tidak perlu turut mengurusi bidang persoalan yang bukan menjadi bahasan dan kajian utamanya. Biarlah Departemen Kesehatan yang berkompeten mengurusi bidang persoalan yang menyangkut kesehatan manusia termasuk anak-anak.
Tugas komitmen KPAI cukup mengurusi bidang perlindungan moralitas anak yaitu menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia dari ancaman bahaya laten radikalisme yang belakangan ini mulai menggerus nilai-nilai kebangsaan kita sebagai bangsa yang majemuk.
Sejak awal berdirinya hingga sampai sekarang lembaga Negara bernama KPAI ini tidak ada manfaatnya apa-apa kecuali hanya menghambur-hamburkan anggaran keuangan Negara. KPAI tidak memiliki power hukum dalam soal penyidikan sampai penahanan. Semua kewenangan dikembalikan kepada Polri sebagai penyidik tunggal.
Kehadiran KPAI sangat berbeda dengan KPK yang keberadaannya sangat jelas kontribusinya dalam penegakan hukum peberantasan tindak pidana korupsi. Sudah saatnya Negara harus melek untuk segera membubarkan KPAI. Mendingan anggaran keuangan Negara untuk KPAI dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat, misalnya untuk nomboki anggaran BPJS Kesehatan yang mengalami defisit. Wallahu A'lam Bishawab.