Ulah Ngeyelmu Sebagai Biang Kerok Corona Tidak Pernah Berakhir

Tampaknya Negara tidak memprioritaskan pendekatan keamanan terhadap para anak bangsanya yang berperilaku ngeyel. Padahal di berbagai negara tanpa terkecuali dalam penanganan wabah pandemi virus Corona ini tidak ada pendekatan Hak Asasi Manusia untuk segenab anak bangsa yang perperilaku ngeyel

JOEHOOGI.COM - Saya tulis kolom ini ketika terbesit kabar berita perihal 59 negara di belahan dunia melarang warga dari Indonesia memasuki wilayah negaranya akibat tingginya angka kasus positif  virus Corona di Indonesia.

Ketika saya ditanya perihal kapan wabah pandemi virus Corona akan berakhir di Indonesia? Jawaban saya tiada lain bertanyalah kepada diri kita sendiri sebab diri kitalah yang bisa menjawab akurasi dari kepastian kapan berakhirnya wabah pandemi virus Corona.

Realitas selama ini membuktikan betapa sikap ulah ngeyel kita inilah menjadi biang kerok wabah pandemi virus Corona tidak pernah memberi kepastian kapan berakhirnya. Sikap ulah ngeyel kita lah yang telah terus memberi ruang pengembangbiakan virus Corona untuk selalu hadir di tengah kehuidupan kita.

Lihatlah di sekitar kita betapa tidak sedikit dari masyarakat kita yang serba apatis kepada keberadaan virus Corona. Meskipun virus Corona sudah membawa banyak korban di sana-sini, tapi realitas masyarakat kita tidak mempedulikannya lagi. Kondisi dari ulah ngeyel dari sebagian besar masyarakat kita inilah menjadi akses kunci utama pengembangbiakan virus Corona.

Kalau saja masyarakat kita mau bersabar secara serentak dari Sabang sampai Merauke dalam waktu dua minggu berada di rumah secara kontinyu, maka virus Corona akan pergi dan berakhir. Hanya membutuhkan waktu dua minggu saja untuk mengakhiri wabah pandemi virus Corona.

Akibat ulah ngeyel sebagian besar masyarakat kita yang tidak mau bersabar inilah sebagai biang kerok dan telah menjadi akses kunci utama pengembangbiakan virus Corona yang selalu hadir di tengah kehidupan kita setia setiap saat tanpa diketahui kapan berakhirnya.

Saya berulangkali pernah menegaskan kepada banyak pihak, kalau saja sejak bulan Maret 2020 sebagai awal dimulainya wabah pandemi virus Corona hadir di tengah kita, seluruh anak bangsa Indonesia mau bersabar secara serentak dalam waktu dua minggu tetap tiarap di dalam rumah masing-masing, maka wabah pandemi virus Corona akan berakhir pada bulan April 2020.

Tapi akibat realitas yang terjadi sebaliknya, masih banyak saja di sana-sini sebagian dari anak bangsa kita yang menolak tiarap di dalam rumah, maka yang terjadi betapa sampai hari ini keberadaan virus Corona semakin menjadi-jadi merenggut banyak korban secara random di sana-sini tanpa tebang pilih. Bahkan tidak sedikit para medis yang berada di garda depan telah menjadi korban keganasan virus Corona.

Konklusinya, wabah pandemi virus Corona yang seharusnya bisa diputuskan mata rantainya dalam waktu dua minggu, tapi akibat ulah ngeyel sebagian besar anak bangsa kita sendiri telah menjadikan pengembangbiakan virus Corona menjadi besar bagai bola raksasa menggelinding menggilas siapa saja hingga sampai sekarang.

Sejak awal saya sudah berharap agar Negara dapat berperan sentralistik otoriter terhadap para anak bangsanya yang berperilaku ngeyel dalam program memutus mata rantai penyebaran virus Corona.

Tampaknya Negara tidak memprioritaskan pendekatan keamanan terhadap para anak bangsanya yang berperilaku ngeyel. Padahal di berbagai negara tanpa terkecuali dalam penanganan wabah pandemi virus Corona ini tidak ada pendekatan Hak Asasi Manusia untuk segenab anak bangsa yang perperilaku ngeyel.

Kini virus Corona telah banyak merenggut orang-orang di sekitar kita. Saya sendiri sudah merasakan betapa virus Corona telah merenggut kawan-kawan saya dan orang-orang yang pernah dekat dengan saya atau minimal mereka yang pernah saya kenal. 

Akhirulkalam, tampaknya harus menunggu waktu saja kapan di antara kita yang belum pernah terinfeksi akan menjadi korban berikutnya. Insyaallah, kita hanya bisa berharap, sebelum virus Corona menggilas kita sebagai korban berikutnya, semoga vaksin sudah tersuntik mengalir ke pembuluh darah tubuh kita.