JOEHOOGI.COM - Tulisan ini merupakan sambungan dari kelanjutan tulisan saya sebelumnya berjudul Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an (Part 1).
Minggu,12 September 1993
Pukul 10.00 WIB, saya dan OR berangkat ke stasiun Lempuyangan, sebelumnya breakfast ke RM Padang. Di stasiun sudah ngumpul kawan-kawan: A'am Sapulete, Arifan Syafei, Iphun, Heru Nongko, Heru Telo, Brotoseno, Athonk, Bob Yudhita Agung alias Bob Sick dan Riduan. Rencananya kami perwakilan Yogyakarta akan menghadiri Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa era 1990-an se-Jawa, se-Bali dan se-Mataram (Jilid Dua) di Lembang.
Pukul 11.30 WIB, kereta api jurusan ke Bandung sudah mulai mendarat. Kami sengaja duduk di gerbong paling belakang. Alasannya, faktor tahu diri saja. Tidak satu pun kami membawa karcis alias penumpang gelap.
A'am dan Syafei berusaha menyuap petugas. Alhasilnya, petugas menerima uang hasil suap. Model suap menyuap begini jelas saya pribadi tidak setuju. Di satu sisi kita kritik habis-habisan mental corupt para pejabat Orde Baru, tapi di sisi lain kita menanamkan embrio corupt dalam diri kita. Apalagi kondisi kita masih dirasa mampu sebab Syafei membawa dana organisasi sebesar R.50.000,- yang merupakan donasi dari LSM dan public figur perorangan ketika aksi Haur Koneng sebulan lalu.
Pukul 20.30 WIB, kereta sudah mendarat di stasiun Bandung. Kami dijemput dan langsung meluncur ke tempatnya Daniel di jalan Aceh. Di rumahnya Daniel banyak kawan sudah berkumpul dan asyik berpesta menghisap lintingan tembakau asal Aceh. Ternyata tembakau asal Aceh ini kepunyaannya Bob Sick. Wow! ternyata diam-diam Bob Sick dari Jogja sudah mempersiapkan segalanya. "Tapi ini bukan tiujuan kita ke sini, ini refresh," dalihnya.
Pukul 11.00 WIB, Pius dan Fer memberitahukan kepada kami untuk pindah dari jalan Aceh ke rumahnya Itm jalan Ciroyom. Hingga tengah malam tiba belum ada agenda apa-apa untuk hari ini.
Pukul 01.20 WIB, tampaknya saya sudah berangkat tidur.
Senin, 13 September 1993
Ketika hari masih pagi atau sekitar jam 09.30 WIB, kami diajak Pius ke Unpad. Kami breakfast di kantin.
Pukul 12.30 WIB, saya diajak Oktaf Ryadi ke temannya se-Bangka. Kemudian mampir ke adiknya, tapi tidak bisa bertemu sebab adiknya tidak ada di kamar kostnya.
Pukul 14.00 WIB, kami berangkat ke Lembang, naik angkot. Jarak ditempuh hanya 30 menit, mirip Jogja ke Kaliurang. Tempat pertemuan aktivis di wisma yang bersebelahan dengan asrama militer ajudan Presiden. Ada insiden kecil sesama kawan sendiri, Iphun dan Oktaf lagi-lagi crash. Hanya saja Iphun kali ini tidak seperti biasanya, lebih pada mengalah dan diam. Ketika Iphun sedang crash dengan Oktaf, Iphun memendam dalam diam di pojok kamar dan sempat mogok makan sebagai bentuk protesnya kepada Oktaf.
Pukul 18.30 WIB, Acara Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa era 1990-an se-Jawa, se-Bali dan se-Mataram digelar di bal;ai aula. Lagi-lagi sikap spontan yang tidak menarik dan memalukan dari Bob Sick yang mengentut sejadi-jadinya menggelegar ketika forum dimulai. Bob Sick berdalih bahwa suara boom kentut itu sebagai pengganti ketuk palu bahwa acara resmi telah dibuka. Marto Art, Arifin el Badra dan Beathor Surjadi (eks tapol) datang terlambat.
Forum ini oleh Pius sebagai Ketua Panitia memang dikondisikan tidak ada jarak antara mahasiswa, pemuda dan pasca mahasiswa sebab pada dasarnya visi misi kita sama: Perubahan Tanpa Orde Baru. Kondisi ini berbeda bila saya bandingkan dengan acara Jumpa Aktifis sejawa, Bali dan Lombok yang berlangsung di Kaliurang di mana kawan-kawan Dewan Mahasiswa Pemuda Yogyakarta (DMPY) membuat jarak antara mahasiswa dan pasca mahasiswa.
Saya tidak setuju kawan-kawan DMPY membuat jarak antara mahasiswa dan pasca mahasiswa sebab mudah terjebak ke arah kelas antara senioritas dan junioritas. Apalagi istilah pasca mahasiswa yang sering digulirkan dalam forum pertemuan aktivis di Lembang dan Kaliurang memang kontradiksi dengan fakta yang ada.
Saya melihat sendiri apa yang disebut sebagai pasca mahasiswa, kenyataannya masih sebagai mahasiswa. Bahkan ironinya peserta yang hadir sebagai stigma pasca mahasiswa ternyata hanya dua orang saja, yaitu Beathor dan Oktaf yang memang sudah sarjana. Sedangkan yang lainnya masih berstatus mahasiwa karena memang belum diwisuda. Kawan Pius sebagai koordinator acara sepakat, Tidak ada perbedaan jarak di sini antara yang disebut pasca mahasiswa dengan mahasiswa.
Acara Jumpa Aktivis Gerakan Mahasiswa era 1990-an se-Jawa, se-Bali dan se-Mataram yang berlangsung di lembang ini ternyata jauh dari target harapan. Apa yang disebut se-Jawa ternyata perwakilan dari Jawa Timur tidak ada yang hadir. Tidak Ada satu pun perwakilan dari Bali dan Lombok.
Menurut Pius, kawan-kawan yang absent dalam pertemuan ini khususnya kawan-kawan dari perwakilan Malang, Surabaya, Solo dan Purwokerto telah memberi kata sepakat dengan keputusan yang diambil pada forum pertemuan ini.
Dalam forum malam ini tampaknya forum dikuasai sepenuhnya oleh kawan-kawan dari DMPY. Hampir kawan-kawan perwakilan dari tiap-tiap kota memilih diam atau menjadi pendengar setia. Syafei sebagai corong DMPY memberikan ketegasan sikapnya kepada Pius sebagai tuan rumah bahwa di Yogyakarta pada kenyataannya ada dua faksi gerakan mahasiswa, yaitu DMPY dan Serikat Mahasiswa Yogyakarta (SMY).
Ditambahkan lagi oleh Syafei bahwa sampai detik ini DMPY tidak bisa menerima kawan-kawan dari SMY sehingga tidak lah mungkin kami duduk bersama dalam satu forum. Syafei melanjutkan lagi, jika nantinya kawan-kawan dari SMY hadir mengisi di forum ini maka sikap kawan-kawan DMPY akan bersikap diam dan bila perlu walkout.
Syafei pada penutupnya menegaskan kepada Pius, mau pilih Jogjakarta dari perwakilan DMPY ataukah SMY? Mendengar tuntutaan kawan Syafei ini, Pius mengalami dilematis. Tapi Pius akhirnya buka suara dengan menjawab bahwa sebagai tuan rumah kami harus adil dan bijak. Perbedaan adalah rahmat sebab pada dasarnya komitmen dari visi misi kawan-kawan DMPY dan SMY adalah sama yaitu Perubahan Tanpa Orde Baru.
Pukul 23.00 WIB, ada rapat internal di kalangan kawan-kawan DMPY. Rapat ini membicarakan agenda yang harus dikritisi oleh kawan-kawan DMPY untuk pertemuan besok pagi. Betapa tidak menariknya rapat ini sebab ternyata telah menunjukkan ketidaksiapan kawan-kawan terutama Syafei yang berandai jika besok ada presentase perwakilan dari tiap-tiap kota yang membicarakan formatur gerakan mahasiswa era 90-an dan kesepakatan Forum Komunikasi Mahasiswa (FORKOM) sebagai kesekretariatan bersama sebagai wadah komunikasi tingkat nasional serta kemungkinan tak terduga seperti usulan membentuk partai politik dan lain-lain.
Menjelang malam semakin larut ketika kawan-kawan sudah lelap dengan mimpinya masing-masing, Iphun sejak pukul 01.30 WIB hingga 04.00 WIB mojok berdua bersama Hanna. Tidak ketinggalan Arifin juga mojok meredam dinginnya Lembang.
Pukul 04.15 WIB, kedua mataku betul-betul tidak bisa diajak kompromi. Ngantuk berat. Saya lelap tidur.
Selasa, 14 September 1993
Aku bangun lebih awal. Betapa tidurku terasa tidak bisa nyenyak. Tampak Yenny datang menyusul dalam acara pertemuan ini. Pukul 09.00 forum pertemuan dimulai. Beberapa menit kemudian kawan-kawan DMPY resah dengan kehadiran Andi Munajat (alm) sebagai perwakilam SMY.
Akibat kehadiran Andi yang mewakili SMY, kawan-kawan dari perwakilan DMPY satu persatu keluar dari ruangan. Akibat kawan-kawan perwakilan DMPY walkout, forum pertemuan akhirnya diundur dan dialihkan makan siang. Saya dan Iphun tidak setuju dengan sikap kawan-kawan DMPY yang melakukan walkout dengan alasan kehadiran Andi yang mewakili SMY.
Apa yang salah dari kawan-kawan SMY? Bagaimanapun perbedaan adalah kerahmatan tapi DMPY tampaknya belum siap dengan perbedaan ideologis SMY. Kejadian walkout oleh kawan-kawan DMPY juga disesalkan oleh Andi.
Akibat kehadiran Andi yang mewakili SMY, kawan-kawan dari perwakilan DMPY satu persatu keluar dari ruangan. Akibat kawan-kawan perwakilan DMPY walkout, forum pertemuan akhirnya diundur dan dialihkan makan siang. Saya dan Iphun tidak setuju dengan sikap kawan-kawan DMPY yang melakukan walkout dengan alasan kehadiran Andi yang mewakili SMY.
Apa yang salah dari kawan-kawan SMY? Bagaimanapun perbedaan adalah kerahmatan tapi DMPY tampaknya belum siap dengan perbedaan ideologis SMY. Kejadian walkout oleh kawan-kawan DMPY juga disesalkan oleh Andi.
FORKOM yang dibentuk di Kaliurang ternyata sudah tidak dipakai lagi dan diganti dengan Forum Komunikasi Mahasiswa dan Pemuda Indonesia (FORKOMPI). FORKOMPI merupakan ide usulan dari Yenny yang disepakati peserta forum. Dibentuknya FORKOMPI tanpa harus hadirnya kawan-kawan DMPY telah membuat kawan-kawan DMPY menjadi tersinggung.
Menurut A'am dan Syafei, FORKOM merupakan sekretariat bersama sebagai wadah komunikasi tingkat nasional yang sudah disepakati di kaliurang, tapi mengapa justru dimentahkan lagi dan diganti dengan FORKOMPI?
Penambahan aksara P (Pemuda) dan I (Indonesia) dianggap perubahan yang fundamental pada FORKOM. Tapi menurutku penambahan huruf P (Pemuda) dan I (Indonesia) justru merupakan penyempurnaan pada kata FORKOM. Penambahan itu justru makna kata Pemuda mendapat kepastian dalam peranannya. Bukankah penambahan aksara P (Pemuda) itu justru aspirasi DMPY mendapat posisi yang istimewa di kalangan peserta forum yang hadir di sini? kalau tidak ada unsur aksara P (Pemuda) maka posisi terbentuknya DMPY akan menjadi absurd.
Sekali lagi menurut pendapatku, ada kekeliruan fatal pada pembentukan FORKOM di Kaliurang. Kawan-kawan DMPY sebagai tuan rumah penyelenggara pertemuan aktivis gerakan mahasiswa di Kaliurang justru tidak protes terhadap pembentukan FORKOM, tapi malah menyetujuinya.
Seolah-olah dengan adanya FORKOM maka disadari atau tidak kawan-kawan DMPY hendak memenggal kepalanya sendiri. Selain itu pembentukan FORKOMPI tanpa melibatkan kawan-kawan DMPY, saya anggap merupakan kesalahan kawan-kawan DMPY yang telah memilih walkout.
Sore mendekati senja saya dan Iphun berdiskusi dengan Andi hingga malam menjelang. Diskusi hanya pada persoalan di seputar perpecahan Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta (FKMY) hingga terbentuknya dua faksi di Yogyakarta, DMPY dan SMY.
Penambahan aksara P (Pemuda) dan I (Indonesia) dianggap perubahan yang fundamental pada FORKOM. Tapi menurutku penambahan huruf P (Pemuda) dan I (Indonesia) justru merupakan penyempurnaan pada kata FORKOM. Penambahan itu justru makna kata Pemuda mendapat kepastian dalam peranannya. Bukankah penambahan aksara P (Pemuda) itu justru aspirasi DMPY mendapat posisi yang istimewa di kalangan peserta forum yang hadir di sini? kalau tidak ada unsur aksara P (Pemuda) maka posisi terbentuknya DMPY akan menjadi absurd.
Sekali lagi menurut pendapatku, ada kekeliruan fatal pada pembentukan FORKOM di Kaliurang. Kawan-kawan DMPY sebagai tuan rumah penyelenggara pertemuan aktivis gerakan mahasiswa di Kaliurang justru tidak protes terhadap pembentukan FORKOM, tapi malah menyetujuinya.
Seolah-olah dengan adanya FORKOM maka disadari atau tidak kawan-kawan DMPY hendak memenggal kepalanya sendiri. Selain itu pembentukan FORKOMPI tanpa melibatkan kawan-kawan DMPY, saya anggap merupakan kesalahan kawan-kawan DMPY yang telah memilih walkout.
Sore mendekati senja saya dan Iphun berdiskusi dengan Andi hingga malam menjelang. Diskusi hanya pada persoalan di seputar perpecahan Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta (FKMY) hingga terbentuknya dua faksi di Yogyakarta, DMPY dan SMY.
Rabu, 15 September 1993
Ketika hari masih pagi setelah usai breakfast dan sebelum acara pertemuan diberlangsungkan, A'am melakukan aksi improv berupa puisi spontanitas di lapangan basket 15 meter dari aula tempat pertemuan diberlangsungkan.
kawan-kawan
di lapangan basket ini
telah mengingatkan saya
pada peristiwa 5 Agustus 1989
beberapa kawan ditangkap
diadili dan dipenjara
tapi setelah mereka bebas
mereka berlomba
mencari kedudukan
di kursi-kursi
milik penguasa Orde baru
Aku rasa A'am improvnya tidak mengenai sasaran sebab puisi tersebut jelas untuk kawan-kawan ITB, sementara kawan-kawan yang hadir di sini tidak ada yang alumni ITB. Mungkin yang dimaksud A'am adalah kritik kepada kawan-kawan yang hadir yang memiliki kecenderungan yang sama dengan kawan-kawan eks ITB.
Siang ini merupakan acara akhir jadwal pertemuan aktivis se-Jawa, Bali dan Lombok. Sebelum acara pertemuan dimulai, Bb tampil membacakan pusinya Widji Thukul, hanya saja makna dari puisi tersebut tidak ada relevansinya dengan pertemuan ini. Aku, Oktaf dan Iphun tampil menyanyikan lagunya Black Brothers, Hari Kiamat.
Sebelum Pius memberikan sambutan salam perpisahan, mendadak di luar aula ada seorang lelaki misterius yang sekujur kulitnya diberti cat merah menandakan darah, pipinya dipoles bedak putih yang diibaratkan sebagai mayat yang pucat, bertelanjang dada hanya dibalut dengan kain sprai putih yang menyerupai seorang lelaki tua bersorban putih, tangan kirinya membawa kemenyan menyala dan berjalan berlahan-lahan memasuki aula. Sembari memasuki aula, mulutnya spontan menyuarakan sebaris puisi yang diulang terus menerus.
sawah-sawahku hilang
diganti ranjang-ranjang kelas atas
Setelah aku amati terus ternyata lelaki itu tiada lain Nelson. Sprei putih yang dibawa Nelson telah mengingatkan saya pada kejadian tadi pagi. Mendadak sprei putih lenyap dari kamar tidur. Kawan-kawan tidak tahu siapa yang mengambil sprei putih yang sejak awal terpasang di ranjang tapi mendadak lenyap. Setelah penampilan Nelson, saya pun tampil membacakan puisiku berjudul Kawan Lawan.
Puisi Kawan Lawan merupakan hasil inspirasi dari lagunya Tom Slepe (alm) berjudul Kritik Dikritik. Mengenai apa isi teks lirik Kritik Dikritik dapat dilihat videonya pada menit 10:30 di https://www.youtube.com/watch?v=IMbGTaQkczQ&t=630s.
Puisi Kawan Lawan merupakan hasil inspirasi dari lagunya Tom Slepe (alm) berjudul Kritik Dikritik. Mengenai apa isi teks lirik Kritik Dikritik dapat dilihat videonya pada menit 10:30 di https://www.youtube.com/watch?v=IMbGTaQkczQ&t=630s.
Besok pagi rencannya FORKOMPI melakukan aksi ke DPRD menolak berlakunya Undang-Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya. Saya dan kawan-kawan DMPY rencananya akan bergabung dengan kawan-kawan FORKOMPI.
Narasumber
Semua tulisan ini bernarasumber pada catatan harian saya.